Indikator BAB
Buang air besar (BAB) bisa menggambarkan kecukupan
asupan serat dalam makanan
balita Anda. Selalu sempatkan setiap hari mengamati rutinitas buang
air besarnya dan amati pula kotorannya.
1. BAB
minimum setiap pagi (bisa labih dari satu kali, tetapi tidak diare atau
sakit perut).
2. BAB tanpa mengejan, kotoran
keluar secara otomatis tanpa didorong.
3. BAB
kotoran tenggelam, tidak mengambang.
4. BAB 2
menit, kotoran sudah keluar semua.
5. BAB merasa
tuntas.
Jadi, jika balita Anda tidak tidak setiap
hari buang air besar atau selalu mengejan setiap kali buang air besar,
benahi lagi asupan makanannya. Sebagian besar orangtua merasa sudah
memberikan cukup makanan berserat, tetapi ternyata anaknya masih saja
tidak lancar BAB. Jika hal itu terjadi, sadari bahwa setiap anak
memiliki kebutuhan asupan serat berbeda. Jangan ragu meningkatkan lagi
jumlah asupan makanan berserat, terutama beras merah, sayuran segar,
buah segar, dan polong-polongan.
Gas buang
(kentut) dan kotoran yang berbau terlalu tajam menusuk juga bisa
mengindikasikan rendahnya asupan serat makanan. Cukup mengonsumsi
buah-buahan segar, sayur-sayuran segar, beras merah, dan polong-polongan
meningkatkan timbunan serat dalam usus besar yang menjadi makanan bagi
"bakteri baik" penghasil vitamin K. Dengan demikian, "bakteri baik"
berkembang biak dengan pesat, sebaliknya pertumbuhan "bakteri pembusuk"
tetahan. Populasi "bakteri pembusuk" yang terbatas menekan terbentuknya
gas berbau busuk sehingga bau khas gas buang dan kotoran wajar.
Sebaliknya, asupan serat yang rendah meningkatkan volume
makanan pembentuk gas di dalam usus besar karena kotoran sulit dibuang
tanpa serat yang cukup. Kecuali polong-polongan, makanan hewani
merupakan sumber protein yang miskin serat dan biasanya tertahan lama
dalam usus besar jika tidak ada serat. Padahal, sebagian besar makanan
hewani kaya triptofan, salah satu asam amino penyusun protein yang
mengandung belerang (sulfur). Nah, belerang dalam protein hewani inilah
penyebab bau tajam menusuk pada gas buang dan kotoran anak. Oleh karena
itu dampingi dengan asupan serat yang cukup.
Indikator flu atau demam
Amati balita Anda. Apakah ia
mudah terserang flu atau demam dibanding anak-anak seusia? Apakah dalam
tiga bulan berturut-turut ia selalu menderita flu atau menderita demam
tanpa flu dalam setiap bulan?
Serangan flu
menandakan rendahnya sistem kekebalan tubuh. Demam menandakan adanya
peradangan dalam sistem tubuh anak. Hal ini berkaitan dengan terbatasnya
asupan nutrisi penjaga imunitas, terutama vitamin C, betakaroten, dan
seng (zinc). Coba amati apakah asupan buah-buahan segar, sayuran segar,
dan ikan segar terlalu sedikit? Jika ya, perlahan-lahan tingkatkan lagi.
Indikator alergi makanan
Apakah
balita Anda termasuk yang memiliki gangguan alergi terhadap makanan
tertentu atau bahkan beberapa jenis makanan? Pada dasarnya, menghindari
makanan pencetus alergi saja tidaklah cukup. Alergi muncul barkaitan
dengan rendahnya sistem kekebalan tubuh. Semakin banyak makanan yang
membuatnya alergi, bisa jadi hal itu mencerminkan semakin rendahnya
imunitas anak. Oleh karena itu, tingkatkan sistem kekebalan tubuh balita
Anda. Perhatikan lagi asupan makanan penggenjot sistem kekebalan tubuh.
"Semakin kuat imunitas anak, semakin kebal ia terhadap
gangguan alergi. Tingkatkan lagi konsumsi makanan penggenjot sistem
kekebalan tubuh."
Indikator tinggi dan berat badan
Kecukupan gizi dan porsi makan balita dapat
diukur dengan berpedoman pada patokan ini. Jika berat badannya kurang
dari patokan berat badan normal, patut diduga asupan makanan sumber
kalorinya kurang. Perhatikan lagi porsi makan anak Anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar